Kuota Haji Indonesia Tahun 2024 dapat Tambahan 20 Ribu, Ini Pembagian dan Kriterianya
Uskinu | Pemerintah Indonesia pada tahun 2024 M / 1445 H mendapatkan kuota Haji seluruhnya sebanyak 241.000 jamaah yang sebelumnya pada tahun 2023 memiliki kuota 221.000 jamaah.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan bahwa tambahan kuota haji reguler dibagi berdasarkan proporsi jumlah daftar tunggu Jamaah Haji antar provinsi. Kuota tambahan terbanyak rencananya akan diberikan kepada Provinsi Jawa Timur sejumlah 3.897 tambahan kuota.
Hal ini karena Jawa Timur menjadi provinsi dengan jamaah haji tunggu terbanyak sejumlah 1.107.347 orang. Di posisi kedua, Jawa Tengah dengan tambahan 3.095 kuota, dengan jamaah tunggu terbanyak kedua sejumlah 879.542 orang.
Menag menyebut, kuota tambahan untuk Jemaah haji reguler akan diisi oleh calon jemaah dengan beberapa kriteria. Mulai dari jemaah haji reguler dengan nomor urut selanjutnya hingga jemaah yang berusia paling rendah, yaitu 18 tahun pada tanggal 13 Mei 2024 (saat kloter pertama terbang), atau mereka yang sudah menikah.
Namun hingga saat ini, tambahan kuota tersebut belum muncul di e-Hajj. Kuota baru dapat dipastikan setelah masuk ke dalam sistem e-Hajj. e-Hajj merupakan sistem penyelenggaraan haji berbasis elektronik yang diterapkan secara seragam dan serentak. Di dalamnya ada beberapa informasi, di antaranya kuota jemaah haji reguler, haji khusus, dan juga kuota petugas.
Sebelumnya, Menag mengatakan bahwa tambahan kuota haji pada 2024 adalah kabar yang menggembirakan sekaligus menjadi tantangan. Tambahan kuota ini akan berdampak pada menurunnya antrean. Namun, tambahan kuota juga menjadi tantangan karena harus disiapkan lebih baik lagi.
“Ini harus disiapkan lebih baik lagi. Tidak mudah menyiapkan keberangkatan 241 ribu jamaah, kalau ada tambahan 20 ribu,” sebutnya.
Untuk memaksimalkan kondisi dan stamina jamaah, Kementerian Agama akan membuat skema baru terkait syarat istitha’ah kesehatan. Nantinya, jamaah akan menjalani dua kali pemeriksaan. Tujuannya agar jamaah mengetahui kondisi dini kesehatannya dan ada waktu untuk melakukan pemulihan.
“Kita mulai awal November untuk screening kesehatan jamaah agar waktunya lebih panjang. Jika ada jamaah punya penyakit tertentu, ada waktu untuk memulihkan,” paparnya. “Cek kesehatan dilakukan dua kali. Jamaah yang kurang sehat direkomendasikan agar ada proses pemulihan. Pada pemeriksaan kedua, kalau sudah baik, berhak melunasi. Ini ikhtiar agar kasus jamaah sakit dan wafat di Saudi bisa ditekan,” tandasnya.